Senin, 30 Juni 2008

Nisbinya Jatidiri Buruh Perempuan

Resensi Buku

Nisbinya Jatidiri Buruh Perempuan

oleh M Arpan Rachman

Judul: Bertahan Hidup di Desa atau Bertahan Hidup di Kota – Balada Buruh Perempuan

Penulis: Aris Arif Mundayat, Erni Agustini, Keppi Sukesi, Margaret Aliyatul M.

Penerbit: Woman Research Institute

Edisi: Cetakan I, April 2008

Ukuran: 15x22 cm

Isi: viii + 193 halaman

ISBN: 978-979-99305-7-6

PEREMPUAN ikut terbawa arus urbanisasi dari desa ke kota. Mereka jadi buruh di pabrik-pabrik kawasan industri. Para buruh perempuan keluar dari alam dan lembah kerentanan ekonomi perdesaan, lalu bertahan hidup di kota yang asing bagi mereka. Sejumlah masalah yang sulit diatasi, kemudian muncul dalam relasi survivalitas yang unik antara perempuan asal desa dengan profesi buruh yang mereka sandang di kota.

Seperti kasus Enong (24), buruh perempuan asal Desa Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, yang bekerja di pabrik garmen di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Tanjung Priok, Jakarta (halaman 69-102).

Enong hamil tapi mengalami keguguran. Kondisi buruh perempuan itu dilindungi UU Ketenagakerjaan No 13/2003. Tapi Pasal 82 ayat 2 UU itu memang hanya menyebut, “pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter atau bidan”. Jadi, bagian personalia di perusahaan tempatnya bekerja menampik untuk membayar upahnya selama Enong tidak bekerja saat kandungannya gugur.

Di sisi lain, pengetahuan buruh perempuan tentang kesehatan reproduksi tampaknya masih amat terbatas. Sedangkan keterbatasan akses informasi buruh perempuan tentang kesehatan reproduksi makin diperparah oleh sikap pengusaha yang lebih mengutamakan keuntungan ekonomi.

***

SELENGKAPNYA ada empat studi kasus yang dilakukan para peneliti dari Women Research Indonesia. Mereka menyorot “dunia” buruh perempuan dengan kacamata metode feminis.

Lima locus dijejaki sejak Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, KBN Tanjung Priok, Kawasan Jababeka, Kawasan Cibitung Bekasi, sampai pabrik rokok di Jawa Timur. Masalah yang dicermati ialah pendidikan dan kesadaran hak-hak buruh, kesadaran tentang perlindungan kesehatan reproduksi, sistem perburuhan dalam kaitan dengan kesejahteraan buruh perempuan, buruh perempuan dan organisasi buruh pasca-Reformasi, konstruksi gender dalam kerja/dunia industri.

Bagaimana buruh perempuan keluar dari dunia agraris, lalu menyesuaikan diri dengan lingkungan industrial? Apa strategi mereka bertahan di kota besar? Di mana perempuan memosisikan diri ketika berangkat meninggalkan desa menuju kota?

Sebagai salah satu khazanah tafsir, judul “Bertahan Hidup di Desa atau Bertahan Hidup di Kota” berisi siratan bahwa buruh perempuan harus mengatakan sebuah pilihan. Tagline buku ini ditulis “...sangat penting sebagai referensi untuk kepentingan akademik dan advokasi”.

Buruh perempuan seperti ribuan kunang-kunang menggemerlapkan malam. Mereka hidup risau dalam jatidiri yang berubah jadi nisbi.

Pengirim:

M Arpan Rachman

0711 9104419

Tidak ada komentar: